Memahami Modal Sosial Sebagai Manajemen Konflik dalam Komunitas Nelayan
Setiap komunitas yang mengalami dinamika dan perubahan sosial mengalami fase pelemahan potensi dan kontribusi modal sosial yang dimilikinya. Namun dengan dinamika dan perubahan sosial itu pun kembali mengalami penguatan dan keseimbangan melalui penataan sebagai proses adaptasi menuju integrasi sosial. Modal sosial sebagai potensi dan modal dasar tidak hanya menyentuh pada level struktur dan kognisi (Norman Uphoff) tetapi juga, spiritual- religius, sehingga dapat dijadikan sebagai strategi dan pendekatan untuk kelangsungan pembangunan yang memanusiakan manusia.
Pendekatan pembangunan yang berbasis pada modal sosial mendorong terciptanya kehidupan yang ekualitas dan inklusif. Tokoh dan ketokohan komunitas merupakan wadah tertambat dan terlekatnya modal sosial yang dapat menjadi potensi dalam melahirkan gaya kepemimpinan yang diharapkan dalam komunitas nelayan. Sistem kepemimpinan yang efektif adalah berdimensi dan berorientasi pada penguatan modal sosial. Modal sosial sebagai modal dasar merupakan sumber kekuatan yang dapat mengefektifkan modal fisik lingkungan dan sarana infrastruktur. Pembangunan modal lingkungan dan sarana infrastruktur bagi komunitas akan efektif dari kualitas dan keberlanjutannya melalui kontribusi dan sinergi dengan modal sosial.
Pembangunan ekonomi efektif dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas nelayan apabila ditopang oleh kekuatan dan kontribusi modal sosial. Sebaliknya melemahnya kekuatan modal sosial dalam komunitas nelayan dapat mereduksi serta meruntuhkan pilar-pilar kehidupan ekonomi. Bahkan dapat mengancam disintegrasi dan konflik sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu menata dan menguatkan modal sosial merupakan sarana dalam mengelola dan manajemen konflik sosial.
Potensi Modal Sosial Komunitas Nelayan yang meliputi trust (Pinjam Meminjam uang, Menitipkan kunci, penjagaan rumah pada tetangga ketika pergi), institusi dan asosiasi (majelis taklim, karang taruna, pa’barasanji/rate, kelompok simpan-pinjam, kelompok maminasata, dasa wisma), nilai dan norma (Abbulosibatang, Sipakatau/sipakalabbiri, Atta’ba, Assipitarri (Musyawarah), Norma kebiasaan dan adat istiadat), jaringan dan, tokoh Masyarakat.
Kekuatan Modal Sosial Nelayan sebagai manajemen konflik, seperti memperkuat kohesi sosial masyarakat, menjadi sumber moral dan prinsip masyarakat, menjadi sarana dalam kegiatan musyawarah, memudahkan proses kerja sama dan integrasi, membangun kemitraan antar kelompok, membangun semangat toleransi. Kontribusi dan kekuatan modal sosial dalam penyelesaian konflik sosial komunitas nelayan meliputi; tercipta semangat saling menghargai dalam masyarakat, kebersamaan dan kegotongroyongan, terbangun kepedulian dan keswadayaan, kepedulian meningkatkan partisipasi warga dalam kegiatan sosial, tercipta ketertiban dan keamanan warga, terciptanya ekualitas dalam masyarakat, kehidupan yang harmoni.
Detail
Tata Letak | Muhammad Ihlasul Amal |
---|---|
Desain Sampul | Muhammad Ihlasul Amal |
ISBN | 978-979-530-273-5 |
Halaman | xii + 174 |
Cetakan | I 2020 |
Penerbit | Unhas Press |
Bahasa | Indonesia |
Reviews
There are no reviews yet.