Blog

Budaya Dan Rantau Bugis Makassar: Sub Kajian Etnis Selayar

  • Penulis                 : Dr.Mardi Adi Armin,M.Hum
  • ISBN                     : 978-979-530-211-7
  • Penerbit              : UPT Unhas Press
  • Halaman             : viii– 136 (144 Halaman)
  • Ukuran Kertas   : 16.5 cm x 24 cm
  • Jenis Kertas        : HVS 70 gram
  • Cover                   : Artpaper 260 gram

Rantau dan migrasi manusia telah lama berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Manusia astronesia misalnya melakukan perjalanan jauh dari daerah-daerah asal mereka di selat Tonkin, bahkan lebih ke utara lagi menuju wilayah-wilayah selatan. Demikian pula ras manusia lain di belahan bumi ini, misalnya pelaut Viking yg berasak dari benua kutub datang dan berlabuh di pantai-pantai normandia. Manusia2 mongoloid melakukan hal sama pula pada wilayah-wilayah yang berbeda. Motiv utama dari perjalanan dan pengembaraan jauh ini tidak lain adalah untuk mencapai tanah-tanah harapan.

Suku Bugis Makassar terkenal pula sebagai suku pelaut yang berlayar menuju berbagai arah di nusantara bahkan ke Siam dan Kamboja. Seringkali ditemukan diaspora Bugis Makassar terdapat di berbagai pulau di nusantara seperti pesisir timur pulau Sumatra, Pesisir Kalimantan Barat, Riau dan pulau-pulau semenanjung  Malaysia. Suku Bugis Makassar ditemukan pula di pesisir utara Jawa Timur ke arah timur seperti Bali, Bima dan Sumbawa, bahkan pulau- pulau di sebelah timur nusantara. Perantauan ini berlangsung hingga sekarang ini.

Subetnik Selayar sebagai bagian dari Suku Bugis Makassar melakukan serangkaian rantau dan migrasi pula. Diaspora subetnik Selayar dapat ditemukan di Jambi, Pulau Batam hingga Pulau Maumere di Nusa Tenggara, Buton dan Wotu. Posisi geografis Pulau Selayar sebagai carrefour yang menghubungkan bagian Barat dan Timur nusantara, bagian Utara dan Selatan Nusantara, menyebabkan penduduknya terbuka terhadap pelayaran dari luar. Keberadaan necara terbesar di nusantara yang menurut berbagai sumber berasal dari Vietnam membuktikan hal tersebut.

Rantau dan migrasi terjadi disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah daya dorong yang menyebabkan penduduk keluar dari daerah asalnya, misalnya adanya konflok sosial, perang antar suku dan wabah penyakit. Faktor eksternal adalah faktor penarik yang menyebabkan perantau datang ke wilayah tertentu. Ini biasanya berkaitan dengan kesejahteraan dan ekonomi sebagai kebutuhan dasar manusia. 

Orang-orang Selayar merantau ke Sulawesi tengah dalam rangkaian dengan faktor-faktor eksternal, yaitu ekonomi dan kesejahteraan. Mereka, sebagaimana suku bugis Makassar pada umumnya, membuktikan diri sanggup bertahan dan memiliki daya adaptasi yang baik berhadapan dengan suku-suku lainnya, termasuk dengan penduduk asli. Mereka membawa budaya, adat istiadat termasuk aliran kepercayaan di tanah lelulur. Banyak di antara mereka yang memegang peranan penting di pemerintahan dan sektor perekonomian. 

Muhammadiyah adalah perserikatan yang tunbuh dan berkembang di Pulau Selayar sejak awal abad ke-20. Pengaruh Muhammadiyah ikut terbawa dalam perantauan. Ini berbeda dengan Muhdi Akbar, suatu sekte keagamaan pra Islam di Selayar. Sekte ini tidak banyak terbawa keluar Selayar. Penganut sekte tersebut kebanyakan tetap di Selayar, tepatnya Pulau Selayar bagian selatan. Ini dapat dipahami sebab Muhammadiyah adalah mayoritas di Selayar, sementara penganut agama lain, termasuk sekte Muhdi Akbar tidak terlalu banyak lagi.

Tidak ada perubahan yang berarti pada segi-segi kehidupan kebudayaan masyarakat Selayar di rantau. Khusus rantau di Sulawesi Tengah dicatat bahwa ada persamaan linguistik -walau sedikit- antara bahasa Selayar dengan bahasa Kaili, suku asli. Ini dapat dipahami dengan posisi Pulau Selayar sebagai carrefour nusantara tadi dalam kaitan dengan eksistensin dan aktivitas kerajaan luwuq kuno. Kerajaan Luwuq kuno memiliki wilayah yang terbentang dari wilayah Poso dan Palopo sekarang. Aktivitas kerajaan keluar, baik menuju Barat maupun Timur niscaya melewati Pulau Selayar di sebelah selatan. Itulah sebabnya terdapat tingkat persamaan bahasa antara bahasa Suku Kaili, Bahasa Selayar dan bahkan bahasa  Buton di tenggara.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>